Kabupaten Sampang Targetkan Bebas Kusta Sebelum 2030

bagikan artikel ini :

Menteri Kesehatan RI Budi G. Sadikin bersama Duta WHO untuk Eliminasi Kusta, Yohei Sasakawa, pada Selasa (8/7/2025) mengunjungi Kabupaten Sampang, Jawa Timur, untuk memperkuat komitmen bersama dalam upaya menghapus kusta di Indonesia.

Dalam dialog bersama pemerintah daerah dan tenaga kesehatan, keduanya menekankan bahwa kusta adalah penyakit menular yang bisa disembuhkan, bukan penyakit kutukan atau hukuman dari Tuhan. Penanganan sejak dini sangat penting agar pasien tidak mengalami kecacatan.

Langkah ini bertujuan mendorong keterbukaan dalam pencatatan kasus dan percepatan pengobatan. “Angka naik itu bagus, karena artinya kita berhasil temukan kasus lebih cepat dan bisa obati lebih cepat,” lanjut Menkes.

“Kusta bukan penyakit mematikan. Jika ditemukan lebih awal, pengobatan selama enam bulan bisa menyembuhkan total,” ujar Menkes Budi.
Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dan mendorong fasilitas kesehatan untuk aktif melakukan deteksi dini. “Puskesmas yang paling banyak menemukan kasus akan saya beri penghargaan,” tambahnya.

Sampang menjadi salah satu wilayah prioritas karena beban kasus kusta masih tergolong tinggi. Meski prevalensi sudah turun dari 4,81% (2014) menjadi 2,27% (2024), tantangan seperti stigma, keterlambatan berobat, dan keterbatasan akses layanan masih menjadi kendala.
Melalui inovasi, seperti PDKT dengan Kumis Pak Kades (Peduli Kesehatan Kulit dengan Komunikasi Perubahan Perilaku Masyarakat Desa), dan membentuk lima Desa Sahabat Kusta, serta menjalankan program DesaKu Asik yang melatih kader desa membantu edukasi dan pendampingan pengobatan. Pemerintah daerah Kabupaten Sampang telah menggandeng tokoh masyarakat, kepala desa, dan kader untuk berupaya mempercepat penemuan kasus kusta dan mengedukasi warga untuk mempercepat bebas kusta sebelum 2030.

Selain itu Sampang pada tahun ini juga mengadakan program Cek Kesehatan Gratis yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Melalui program ini, warga bisa memeriksakan kesehatan secara gratis, termasuk skrining kusta, tuberkulosis, dan penyakit lain. Dari total sasaran lebih dari 891 ribu penduduk, sudah lebih dari 48 ribu warga mendaftar dan 45 ribu di antaranya mendapatkan pemeriksaan.
Dalam pertemuan bersama pemerintah daerah dan tenaga kesehatan, Yohei Sasakawa menyampaikan bahwa kusta tidak mudah menular seperti TBC atau COVID-19. Namun karena stigma yang melekat, banyak penderita takut mencari pengobatan hingga akhirnya terlambat.

“Kita harus bekerja bersama. Sebelum saya wafat, saya ingin Indonesia bebas kusta,” ujar Sasakawa, yang telah mengabdikan lebih dari 50 tahun hidupnya untuk menghapus diskriminasi terhadap penyintas kusta.
Sasakawa juga menegaskan komitmen WHO dan The Nippon Foundation untuk terus mendukung Indonesia mencapai nol kasus kusta. Ia juga mengajak tokoh agama dan institusi pendidikan untuk bersama-sama menghapus stigma terhadap penyintas kusta.
“Indonesia punya tantangan besar, tapi juga peluang besar untuk menjadi contoh global wilayah bebas kusta,” ujar Sasakawa.

Kepala Dinas Kesehatan Sampang, dr. Dwi Herlinda Lusi Harini, mengatakan pendekatan komunitas membuat warga lebih berani memeriksakan diri. Bahkan, pemeriksaan kusta kini menjangkau anak sekolah.

Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi, menambahkan bahwa komitmen pemerintah daerah adalah memastikan layanan kesehatan inklusif untuk semua, termasuk penyintas kusta. Selain itu pemerintah daerah Kabupaten Sampang juga memberikan pelatihan keterampilan dan bantuan modal kerja bagi penyintas kusta yang sudah sembuh agar tetap produktif.

Kementerian Kesehatan akan terus melakukan kunjungan dan evaluasi berkala setiap tiga bulan untuk memantau progres di lima daerah prioritas termasuk Sampang, guna memastikan progres nyata menuju wilayah bebas kusta sebelum tahun 2030. (ADT)

Berita Terkait